Assalamua’laykum
warahmatullah wabarakatuh
Manusia adalah makhluk
sosial, di mana ia tidak bisa bergantung pada dirinya sendiri, melainkan
membutuhkan bantuan serta kehadiran manusia lainnya. Tapi di era modern saat
ini, banyak sekali manusia yang tak acuh terhadap temannya, tetangganya, bahkan
saudaranya. Aktivitas yang padat? Kerjaan yang menumpuk? Itu yang katanya
menjadi penghadang dan pemutus hubungan antar sesama manusia serta membiarkan
saudara seimannya. Hal itu akan merusak hubungan dalam bermasyarakat serta
mengurangi kesempurnaan iman milik seseorang. Seperti apa yang telah dikatakan
Rasulullah dalam sabdanya:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Salah
seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)
Lantas apa yang harus kita lakukan terhadap saudara-saudara kita?
Pertama berbuat baiklah kepada
sesama. Karena dengan hal itu, kita telah memberikan kebahagian dan cinta kasih
antar sesama. Berbuat baik yang macam apa sih? Yang selalu memberikan makan?
Mengajaknya jalan-jalan? Atau mengorbankan semua yang kita punya untuk nya? Tidak
seperti itu, kita dapat melakukan dengan hal-hal kecil saja. Seperti memindahkan
paku dipinggir jalan, membantu menyebrangi jalan, atau membantu membawakan
barang. Tidak hanya dengan itu, kita juga dapat memberikan dan mengajarkan ilmu
yang telah diperoleh terhadap sesama.
Berikut adalah ilustrasi
cerita tentang kebahagian atas berbuat baik dengan menolong antar sesama.
Diceritakan dalam suatu
kelompok liqo, Annisa dan kawan-kawannya diberikan tantangan oleh kakak
mentornya, panggil saja Kak Ayu. Kak Ayu menantang mereka semua untuk melakukan
1 hal kebaikan yang berhubungan dengan manusia di lingkungan sekolah dalam
waktu 10 menit. Annisa dan kawan-kawannya berlarian kesana kemari mencari
targetnya. Ada yang membantu membawakan kardus minuman, memberikan makanan
ringan ke bapak satpam, membantu membersihkan wadah minuman, sampai membantu
membersihkan sampah di kelas dan membawanya ke tempat pembuangan sampah
sementara. Mungkin teman-teman yang melihat kebingungan atas apa yang mereka
kerjakan. Seperti yang dilakukan Nabilah saat membawa tempat sampah ke tempat
pembuangan sampah. Ia berpapasan dengan temannya lalu ia berkata “ Yaampun
Nabilah kamu ngapain? Rajin banget sih.” Nabilah pun hanya tersenyum
menanggapinya. Setelah semuanya selesai, mereka semua menceritakan apa yang
telah mereka lakukan. Mereka semua merasa senang dan amat bahagia, begitupun
dengan orang-orang yang dibantunya. Ucapan terimakasih dan senyum tulus karena
lelahnya bekerja dari orang yang mereka bantu, memicu perasaan kita untuk ikut merasakan
kebahagian itu.
Kalau kalian tidak percaya,
yuk kita sama-sama untuk menebar kebaikan tentunya dengan niat ikhlas karena
Allah yaaa
Hanya berbuat baik? Tentu
saja tidak. Untuk yang kedua ini kita harus menjaga perasaan orang-orang
disekitar kita. Baik itu perkataan ataupun perbuatan. Mungkin kita tidak sadar
akan apa yang telah kita lakukan dan ucapkan. Akan lebih baik jika kita meminta
maaf, toh bermaafan itu tidak hanya saat lebaran kan? Hehe..
Bicara tentang perasaan memang
sangat sensitif, apalagi jika kita tidak mengetahui keadaan lawan bicara. Yang
niat bercanda malah dianggap serius. Makanya kita juga harus melihat-lihat
bagaimana keadaan lawan bicara kita. Jangan sampai mereka marah akan bercandaan
dan omongan kita ya. Hati-hatilah dalam berbicara, karena lisan akan melukai
lebih dalam daripada perbuatan fisik lhoo. Luka di wajah bisa dihilangkan, tapi
sayatan di hati sulit untuk dirajut kembali.
Ada banyak sekali cara untuk
membuat orang lain bahagia, tidak seperti yang ada tulisan ini saja.
Yuk mari kita berlomba-lomba
hal-hal kebaikan dan menebarkan kasih sayang terhadap sesama. Semangat yaa
mencari kebaikannyaa😉
وَٱصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya
Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S Hud
: 115)
Widya Puspita
XI MIA-5
0 komentar:
Post a Comment