Thursday 17 August 2017

Cahaya Pemuda Islam Dalam Derau Kemerdekaan




CAHAYA PEMUDA ISLAM DALAM DERAU 

KEMERDEKAAN

Genap sudah tujuh puluh dua tahun usia negeri ini. Negeri dimana terdapat berbagai keberagaman. Darah dan air mata telah jatuh untuk mendapatkan kemerdekaan negeri ini. Indonesia. Itulah negeriku, negerimu, dan negeri kami. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah umat muslim sudah sepatutnya menjadi kunci dalam mengawal dan menggerakan kemajuan bangsa.
Pemuda, itulah yang akan kita bahas. Mengapa harus pemuda?
“Tiap kali kuhadapi masalah-masalah besar, yang kupanggil adalah anak muda”
(Umar Bin Khattab RA).
“Berikan aku 10 pemuda maka akan aku hentakan dunia ini” (Ir. Soekarno)

Karena pemuda merupakan aset dan tulang punggung bangsa ini. Semangat dan jiwa pemuda dalam menggapai sesuatu sangatlah besar. Hal inilah yang diketahui oleh para musuh-musuh Islam. Mereka membuat pemuda muslim menjadi tidak peduli dalam mengisi kemerdekaan. Mereka merubah cara pandang dan pola pikir para pemuda muslim sehingga para pemuda menjadi membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Sebagaimana dicontohkan oleh sahabat Usamah bin Zaid. Umurnya masih 18 tahun, ketika Rasulullah mengangkatnya secara langsung sebagai Commander of War (komandan perang) pasukan Islam untuk menyerbu wilayah Syam. Padahal diantara prajuritnya terdapat orang yang lebih senior dan berpengalaman dari dirinya, seperti Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan sahabat Rasulullah lainnya. Usamah Bin Zaid adalah tauladan pemuda muslim dunia yang telah menorehkan tinta emas sejarah Islam. Sejarah hidupnya penuh dengan kegemilangan dalam kontribusi bagi dunia dan Islam, sehingga Islam dengan kehendak Allah SWT pernah mencapai masa kejayaannya. 
Indonesia juga memiliki pemuda muslim yang hebat, yang gagah perkasa dan pemberani, pemuda yang tak pernah takut mati, dia adalah Jenderal Sudirman, seorang Panglima Perang Indonesia. Karakter yang ia miliki  membuat ia dapat memukul mundur dan mengalahkan para penjajah bangsa Indonesia. Ia dikenal dengan pribadinya yang memiliki keyakinan yang dalam, teguh pada prinsip, memiliki keilmuan dalam mengatur strategi peperangan dalam melawan penjajahan, dan tidak takut mati dalam berjuang, dan ia mengedepankan kepentingan bangsanya dari pada kepentingan pribadinya, bahkan saat sakit saja tidak dapat membuat ia gentar menghadapi musuh. Ia adalah orang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan Negara.

Namun apakah kau tau? Bahwa di balik teguhnya ia berprinsip, di balik semangatnya yang berkobar, di balik kecerdasan ia mengatur strategi, di balik perjuangannya hingga titik darah penghabisan, ia tak pernah meninggalkan ibadah. Bahkan ia selalu melaksanakan Shalat di awal waktu, ia selalu mengingatkan Bapak Soekarno bahwa perjuangan ini adalah Jihad Fii Sabilillah.
Lalu, bagaimana peran kita dalam menyambut kemerdekaan Indonesia? Apakah kita diminta untuk berjuang di medan perang yang penuh dengan pertumpahan darah? Apakah kita diminta untuk menahan rasa sakit demi mencapai kata “Merdeka”? Lantas mengapa untuk sekadar hormat kepada Sang Saka Merah Putih saja kita enggan? Untuk mendengarkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dengan khidmat kita enggan?
Bagaimana dengan anggapan bermegah-megahan dalam menyambut kemerdekaan? Mengundang berbagai artis yang jelas-jelas mengumbar aurat, hanya memberikan tontonan yang memuaskan keinginan anak muda zaman sekarang, yang mulai terkikis moral dan perilakunya. Bukankah Indonesia terkenal dengan bangsanya yang berbudi pekerti, berpegang teguh kepada kepercayaan agamanya, dan segalanya yang sopan santun? Katanya begitu.
Maka sudah sepatutnya kita, pemuda-pemudi Islam Indonesia mengikuti jejak mereka. Jejak mulia untuk membangun kemerdekaan tanah air kita. Tidak hanya membangun, namun juga mempertahankan serta mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Selain itu hal yang sepatutnya  kita lakukan adalah memupuk rasa persatuan dan tanggung jawab. Dimana kita dituntut untuk saling menghargai perbedaan dan mengutamakan persatuan. Di bangsa yang penuh keberagaman ini, sering terjadi yang namanya perpecahan.  Oleh karena itu, kita diminta untuk menpertahankan negeara ini dari yang namanya perpecahan.  Perpecahana itu sendiri dapat dipicu melalui faktor internal maupun eksternal. Salah satu contoh dari faktor internal adalah kurangnya ilmu. Kurangnya ilmu dapat menyebabkan kita mudah dipengaruhi, diprovokasi, atau dibodohi. Semakin sedikit ilmu kita maka semakin mudah untuk kita diprovokasi. Karenya islam mengajarkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Jika kita berilmu maka kita akan semakin sulit untuk diprovokasi atau dipengaruhi, karena ilmu yang kita punya dapat menjadi landasan dalam bertindak dan berperilaki 
Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal , yaitu era globalisasi. Di era yang semakin canggih ini kita dituntut untuk cerdas dalam memanfaatkannya. Cerdas dalam memanfaatkan media media yang ada untuk kegitan yang bermanfaat, bukan justru untuk kegiatan yang merusak moral bangsa. Mencintai budaya luar yang berlebihan dan justru budaya kita dilupakan. Seharusnya kita bangga terlahir menjadi pemuda indonesia. Terlahir dari tanah khatuliswa. Dimana perbedaan bukanlah penghalang karena perbedaan itu menyatukan bukan memecahbelakan bangsa. Dalam islam kita diajarkan untuk bertolrensi dan saling menhargai. Jika kita dapat melakukannya bukan mustahil jika bangsa kita dapat hidup berdampingan tanpa memperhatikan perbedaan.
Ilmu juga ttak kalah penting perlunya. Bagaimana mau menjadi pejuang negeri, kalau menuntut ilmu saja malas-malasan, memang pasti rasa malas itu datang. Namun, jika kita telah sadar terhadap diri kita sendiri, dan demi mmenyongsong masa depan bangsa, rasa malas itu dengan mudah dapat kita hilangkan. Segala sesuatu itu berawal dari niatnya. Innama a’malu binniyah  begitulah teman-teman, mari sama sama belajar, sama sama bekerja keras, dalam memupuk negeri ini, untuk dapat memunculkan jiwa jiwa pancasila, jiwa jiwa bermoral tinggi, dan berbudi pekerti yang baik.
Selamat HUT RI ke 72
Oleh kami,
Pemuda Islam Cinta Indonesia

Tuesday 20 June 2017

'Anchor'-ku dalam Al-Qur'an

ANCHORKU DALAM AL QURAN

 Pada bulan Ramadhan ini ada 3 buah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk kita kerjakan. Bahkan bisa dibilang menjadi wajib untuk dilakukan, yaitu puasa, tilawatul Quran, dan juga shalat tarawih. Tapi tidak berarti hanya itu saja yang dapat kita lakukan selama bulan mulia ini. Namun dalam artikel ini akan ditekankan pada tilawatul Qurannya.

 Sungguhlah kita menjadi orang yang merugi apabila pada bulan ramadhan ini tak sanggup mengkhatamkan alquran satu kali pun, karena apa ? pada bulan yg mulia inilah ayat Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW , yaitu surah Al-Alaq ayat 1 sampai 5.

 Mengingat Imam Syafi'i pada bulan ramadhan dapat mengkhatamkan Al-Quran sampai 60x bahkan Imam malik merelakan untuk menskip kajiannya yang membahas hadist hadist Rasulullah SAW tiap subuh hanya untuk memaksimalkan waktunya dengan tilawatil Quran, MasyaAllah.

 Apa ya yang menjadikan alasan kita untuk dianjurkan membaca Al-Quran? Nabi Muhammad SAW bersabda "Barangsiapa yang membaca satu huruf di dalam Al-Quran, maka baginya 1 kebaikan. Dan setiap kebaikan akan berlipat ganda hingga 10 kali kebaikan. Aku tidak mengatakan 'Alif lam mim' itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR. Ibnu Mas'ud)
Pada bulan Ramadhan, amalan tilawatul Quran ini akan dinilai oleh Allah sendiri di mana pahala kebaikan dari satu kebaikan akan berganda hingga 700 kebaikan, MasyaAllah.

 Bila kalian belum mampu untuk melakukan tilawatul Quran, mulailah dengan mendengarkan lantunan lantunan murotal Al-Quran.

 Pelantunan ayat Quran yang indah bukan hanya terletak pada lagunya saja. Tetapi pelantunan dengan ilmu tajwid yang benar. Melagukan Al-Quran memang dianjurkan dalam islam, tetapi harus dengan hukum tajwid yang benar, karena mustahil melantunkan lagu Al-Quran dengan merdu tanpa tajwid yang benar.

 Mendengar anak berusia 4-6 tahun yang telah Hafidz Quran dan melantunkannya dengan suara yang merdu dengan tajwidnya benar, apakah kalian tidak malu dengan usia kalian yang meranjak dewasa ini? Astaghfirullah

 Bagaikan anchor dalam tim futsal, tajwid memiliki fungsi yang sama di dalam Al-Quran. Di mana anchor bertugas untuk mengatur jalannya permainan dalam tim, sedangkan tajwid berfungsi sebagai pengatur benar tidaknya suatu bacaan dalam Al-Quran.

 Allah SWT berfirman dalam surah Muzammil ayat 4, "Dan bacalah Al-Quran dengan tartil." Membaca Al-Quran dengan tartil memerlukan tajwid agar bacaannya indah, baik, dan benar. Tartil adalah membaca dengan perlahan, karena jika membacanya dengan tergesa-gesa akan sulit memperhatikan tajwid dan akhirnya akan terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu pelajarilah tajwid dengan baik dan benar agar kita bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

 Kebenaran itu hanya satu, tak terbilang-bilang. Kebenaran dapat diketahui dengan ilmu, dan ilmu di dapati dengan belajar. Dan orang yang berada dalam kebenaran hanyalah orang yang mempelajari ilmu yang benar.

Irfan Musa
XI MIA-1

Monday 12 June 2017

Surauku Telah Roboh

Surauku Telah Roboh
          Hati kita tersentuh, kita menitikkan air mata saat melihat berita bencana alam di sekitar. Tapi apakah kita pernah bersedih saat melihat surau atau masjid kita sepi saat ada kajian ataupun ceramah? Bahkan saat adzan berkumandang pun surau kita masih tetap sepi, hanya ada orang-orang tua yang sudah hampir uzur, yang pergi ke surau, dan jumlahnya bahkan tidak sampai satu shaf. Lalu, kemanakah anak-anak muda yang seharusnya meramaikan surau tersebut? Mereka hanya duduk-duduk di sekitar surau, beranda gurau, bahkan bersikap acuh. Kemanakah hati kita saat itu? Mengapa kita tak tergerak sama sekali?? Padahal, Islam akan tegak bila para umatnya menegakkan shalat. Bila pemeluknya sudah tidak lagi melaksanakan shalat, pertanda agama itu akan roboh, dan pemeluknya akan ikut roboh.
            Pernahkah kita bersedih saat melihat pemuda tidak lagi paham tentang Islam? Tidak adalagi cerita yang akan kita dengar mengenai anak muda yang suka mengaji dan menghafal Al-Quran. Mereka tidak lagi mengenal sahabat Nabi, ulama, ataupun orang-orang yang mendalami agama. Mereka hanyalah mengenal penyanyi-penyanyi yang mempopulerkan lagu masa kini, yang katanya jika kita tidak mengetahuinya maka akan disebut ‘kuper’, ‘kudet’ ataupun ‘kolot’. Dan pertanyaan yang sama lagi “Pernahkah kita bersedih akan semua hal yang saat ini terjadi??”.
Sahabatku, Allah telah berfirman “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)(Q.S At-Taubah: 18). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya… (di antaranya): Seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan masjid”. (H.R Abu Hurairah)
Setelah mengetahui ayat dan hadist diatas, masih beranikah kita mengabaikan adzan? Dan masihkah kita ragu untuk meramaikan masjid?
Sesungguhnya sahabat,
“Apabila nafas terakhir kita sudah sampai dada, saat itulah kita baru merasa telah dipermainkan dunia.”
Hanif Rahma Arsanti, XI MIA 3

Sunday 21 May 2017

Ramadhan 6 Hari lagi?!?

RAMADHAN 6 HARI LAGI?!?!?
Bagaimana persiapan mu menyambutnya
?

Terkadang begitu sering nikmat yang kita dapat tapi begitu sering pula bibir ini lupa mengucap syukur pada-Nya. Salah satunya yaitu nikmat di tundanya ajal kita sampai Bulan Ramadhan.
Karena Allah sudah memberi kita kesempatan, maka KITA HARUS MEMANFAATKANNYA DENGAN BAIK. 

Bagaimana Caranya? 
Dengan mempersiapkan dengan matang !! 💡

Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya.

Yaitu dengan :
1. PERSIAPAN KEIMANAN
Persiapan keimanan dapat berupa pengendalian diri terhadap hawa nafsu seperti membiasakan menjaga pandangan dan lain-lain. 

2. PERSIAPAN JASMANI 💪 
Persiapan jasmani dapat meliputi menjaga kesehatan tubuh agar pada saat bulan Ramadhan dapat optimal menjalankan ibadah.

3. PERSIAPAN KEILMUAN 💡
Dengan memahami tata cari beribadah yang benar, membawa kita meraih pahala. Dan jika beribadah tidak ditunjang dengan pengetahuan yang baik, maka ibadah bisa tertolak atau tidak mendapatkan pahala sama sekali. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaca atau menghadiri majelis taklim yang membahas tentang Ramadhan.

4. PASANG TARGET 💯
Dengan adanya target, maka kita bisa lebih semangat meraihnya.

AYO RAIH BERKAHNYA BULAN RAMADHAN! Jangan sampai kelewatan!


Nurdini K
XI MIA-3

Sunday 14 May 2017

Dengki Yang Diperbolehkan

Dengki Yang Diperbolehkan

Setiap kali mendengar kata dengki pasti teman-teman berpikir bahwa itu adalah salah satu dari banyak sifat tercela yang dibenci oleh Allah SWT dan harus dihindari. Dengki merupakan salah satu penyakit hati, jika ada seseorang yang memiliki sifat dengki dan melihat kesuksesan/kebahagiaan  orang lain, ia akan merasa benci dan itu membuat hatinya tidak tenang. Dapat dikatakan bahwa sifat dengki itu adalah iri hati yang sangat besar.
Di dalam Al-Qur’an dan  hadist terdapat larangan agar menjauhi sifat dengki. Dalam QS. An-Nisa ayat 32  Allah SWT berfirman "Dan janganlah kalian iri hati terhadap karunia yang telah Allah lebihkan kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.’’ Rasullulah juga bersabda, “Hendaklah kalian menjauhi sifat dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu dapat memakan kebajikan-kebajikan sebagaimana api melahap kayu bakar.’’ (HR Abu Dawud).
Berdasarkan ayat dan hadist diatas sudah sepantasnya kita umat muslim untuk menjauhi sifat dengki. Namun, selain menghindari, kita juga perlu mengetahui bahwa sebenarnya ada lho  dengki yang diperbolehkan.
Dari Salim r.a., dari bapaknya yang mendengar bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak boleh dengki kecuali untuk dua hal. Pertama, kepada orang yang dikaruniai Allah ilmu Al-Qur’an lalu diamalkannya siang dan malam. Kedua, kepada orang yang dikaruniai Allah harta kekayaan lalu dibelanjakannya siang dan malam (di jalan Allah).”  (HR Muslim No. 815)
Berdasarkan hadits tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dengki yang diperbolehkan, yaitu:
1.      Dengki terhadap orang yang menggunakan ilmu yang dimilikinya dengan baik
2.      Dengki terhadap orang yang dikaruniai harta dan menggunakannya untuk kebaikan
Kita tidak berdosa jika menaruh dengki kepada orang tersebut dengan maksud dapat mencontohnya. Namun, apabila kita dengki dengan berpikiran  agar hartanya habis atau bisa berpindah ke tangan kita, maka hakikat dengki akan kembali haram. 
Setelah membaca tulisan diatas, teman-teman sudah tahu kan’ tentang dengki apa saja sih yang diperbolehkan. Nah, mulai dari sekarang cobalah menaruh dengki yang seperti itu tentu saja dengan maksud memperbaiki diri.  Dengan menaruh dengki yang seperti kita dapat termotivasi untuk terus belajar, menambah wawasan dan berlomba dalam kebaikan.
                                                                                                

Safina Zahira XI MIA 4



Saturday 13 May 2017

Batas Pergaulan Antara Pria dan Wanita

Assalamu'alaikum,


Islam menetapkan beberapa kriteria syar’i pergaulan antara laki-laki dan perempuan untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kesuciannya dan untuk mencegah perzinahan dan sebagai tindakan prefentif terjadinya kerusakan masal dalam bermasyarakat. Islam telah mengharamkan laki-laki dan perempuan untuk berduan bercampur dalam satu tempat. memerintahkan adanya sutrah (pembatas) yang syar’i dan menundukkan pandangan, meminimalisir pembicaraan dengan lawan jenis sesuai dengan kebutuhan, tidak memerdukukan dan menghaluskan perkataan ketika bercakap dengan mereka, dan keriteria lainnya. Perkara-perkara ini, menjadi kaidah yang penting untuk kebaikan semuanya. Tidak seperti ocehan para penyeru ikhtilath, sesunguhnya perkara ini berbeda antara satu dengan lainnya, atau satu kebudayaan dengan lainnya, dan pengakuan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dan realita.


Wajiblah kalian berhati-hati, karena syaithon terkadang menipu seseorang dengan merasa agamanya kuat dan tidak terpengaruh akan hal itu. Padahal dia sedang terjerumus pada jerat kebinasaan dan berada di atas jalan kesesatan. Realita adalah saksi terbaik. Betapa banyak orang menentang petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan melanggar larangannya akhirnya ia tercampak di atas keburukan.
Interaksi dan komunikasi antara laki-laki dan perempuan sebenarnya boleh-boleh saja, apalagi di zaman seperti ini. Tapi tetap pada adab dan batasannya. Apabila kalian tidak memiliki hajat untuk berinteraksi dengan lawan jenis, maka menjauhinya lebih baik dan selamat. Jika ada kebutuhan, bagi semua kaum muslimin untuk menetapi ketentuan syar’i, di antaranya:

1. Ghadlul Bashar (menundukkan pandangan)
2. Tidak berduaan dengan wanita asing (bukan mahram dan bukan istrinya).
3. Berusaha agar tidak ikhtilath dengan gadis yang bisa menyebabkan fitnah.
4. Tidak bersalaman dengan wanita yang bukan mahram, karena diharamkan.
5. Allah telah memerintahkan beberapa adab yang agung kepada para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan segenap wanita umat ini masuk di dalamnya.


فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.”(QS. Al-Ahzab: 32)
Dalam ayat itu, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa hati yang sakit tidak bisa bertahan dan bersabar diri dari sebab kecil yang mengundang keharaman, walau hanya suara yang halus dan lembut. Karena sudah menjadi sarana keharaman maka dilarang, mereka diwajibkan untuk tidak melembutkan perkataan ketika berbicara dengan laki-laki.
Teman-teman segala sesuatu itu telah diatur oleh hukum Allah, janganlah sekali-sekali kalian untuk mendakati dan melanggarnya. Karena yang demikian itu adalah perbuatan yang syaithon sukai. Mulailah jaga diri kalian masing-masing dari hal yang disukai syaithon dan teruslah berusaha untuk melakukan hal yang Allah sukai😊.

Rio Akbar
XI MIA-1

Sumber:http://www.voa-islam.com/read/wanna-be-muslimah/2009/12/14/2083/batasan-pergaulan-antara-pria-dan-wanita/;#sthash.LWAM2zmF.dpbs

Monday 24 April 2017

Cinta Di Hati Yang Kosong

Assalamu’alaikum ikhwah,

            Semua manusia PASTI akan merasakan apa yang kita namakan dengan Cinta. Entah bentuknya cinta terhadap manusia lain,uang,jabatan atau bahkan ke sebuah benda. Tapi disini penulis ingin mengangkat bentuk cinta seorang Manusia kepada Manusia lain.
            Hati sebagian remaja (termasuk penulis) saat ini mungkin sedang menggebu-gebu dengan sesuatu yang kita namakan cinta. Sebuah perasaan sayang dan ingin memiliki. Saat kita sudah cinta  kepada seseorang, wah, kita akan melakukan apa saja yang dia minta. Bahkan sampai kepada hal-hal yang kadang kurang logis untuk dilakukan.
                Kebanyakan remaja, atau bahkan kebanyakan orang mungkin mempunyai kriteria dalam mencintai seseorang. Apakah dia harus orang yang alim, cantik, pintar, atau dermawan. Dan saat kita menemui orang yang cocok dengan kriteria kita tersebut, timbulah perasaan untuk dekat dengan orang tersebut, dan timbul juga rasa sayang yang sangat besar.
                Bagi sebagian remaja, mungkin perasaan ini timbul ketika bertemu dengan “kriteria” nya dikelas atau disekolah. Dan timbulah kata-kata memuji dirinya, “Wah, kok itu orang manis banget ya, kalo deket sama dia nyaman juga lagi, hati jadi terasa adem.”  Dan biasanya setelah hal itu terjadi, kita mulai ingin tahu tentang dirinya. Mencari tahu lebih dalam tentang Siapa-sih Dia?
               
                Tapi,apakah benar kita mencintai orang tersebut? Orang yang sangat perfect bagi kita, orang yang memukau hati kita. Orang yang ketika kita berdekatan dengannya,dunia hanya serasa milik berdua?
                Pernah gak sih, kita berpikiran bahwa, kita sebenarnya lebih mencintai diri kita sendiri daripada mencintai orang tersebut.
                Apa maksudnya? Saat hati kita kosong, galau, sedih, sendiri. Kita membutuhkan seseorang untuk menemani dan menjaga hati dan perasaan ini. Maka timbulah perasaan dan rasa untuk mencari seseorang untuk mengisi kekosongan hati kita ini. Jadi kita mencintai  seseorang untuk mengisi kekosongan hati kita, jadi kita itu lebih mencintai diri kita sendiri. Yang menyebabkan kita mencari seseorang untuk mengisi kekosongan tersebut.          
                Bagi temen-temen yang sudah merasakan pacaran pasti sudah mengetahui hal ini. Ketika sehabis putus, sedang galau-galau nya. Hati kita yang kosong sedang mencari siapa yang bisa mengisi kekosongan ini. Maka timbulah perasaan untuk cinta kepada seseorang.
                Yang membedakan kita hanyalah ada beberapa orang yang berkomitmen, dan ada beberapa yang tidak berkomitmen.
                Karena, sesungguhnya ikhwah, Cinta yang sesungguhnya akan terjadi apabila kita mendasari nya karena Allah, dan HANYA  karena Allah.



Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari-Muslim)


Referensi:
http://sweet-myheart.blogspot.co.id/2013/04/kumpulan-hadis-nabi-tentang-cinta.html
Materi Mentoring.

Meldi Hafizh
XI MIA-2

Sunday 23 April 2017

Menebar Kebaikan Untuk Sesama

Assalamua’laykum warahmatullah wabarakatuh

Manusia adalah makhluk sosial, di mana ia tidak bisa bergantung pada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan bantuan serta kehadiran manusia lainnya. Tapi di era modern saat ini, banyak sekali manusia yang tak acuh terhadap temannya, tetangganya, bahkan saudaranya. Aktivitas yang padat? Kerjaan yang menumpuk? Itu yang katanya menjadi penghadang dan pemutus hubungan antar sesama manusia serta membiarkan saudara seimannya. Hal itu akan merusak hubungan dalam bermasyarakat serta mengurangi kesempurnaan iman milik seseorang. Seperti apa yang telah dikatakan Rasulullah dalam sabdanya:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Lantas apa yang harus kita lakukan terhadap saudara-saudara kita?
Pertama berbuat baiklah kepada sesama. Karena dengan hal itu, kita telah memberikan kebahagian dan cinta kasih antar sesama. Berbuat baik yang macam apa sih? Yang selalu memberikan makan? Mengajaknya jalan-jalan? Atau mengorbankan semua yang kita punya untuk nya? Tidak seperti itu, kita dapat melakukan dengan hal-hal kecil saja. Seperti memindahkan paku dipinggir jalan, membantu menyebrangi jalan, atau membantu membawakan barang. Tidak hanya dengan itu, kita juga dapat memberikan dan mengajarkan ilmu yang telah diperoleh terhadap sesama.
Berikut adalah ilustrasi cerita tentang kebahagian atas berbuat baik dengan menolong antar sesama.
Diceritakan dalam suatu kelompok liqo, Annisa dan kawan-kawannya diberikan tantangan oleh kakak mentornya, panggil saja Kak Ayu. Kak Ayu menantang mereka semua untuk melakukan 1 hal kebaikan yang berhubungan dengan manusia di lingkungan sekolah dalam waktu 10 menit. Annisa dan kawan-kawannya berlarian kesana kemari mencari targetnya. Ada yang membantu membawakan kardus minuman, memberikan makanan ringan ke bapak satpam, membantu membersihkan wadah minuman, sampai membantu membersihkan sampah di kelas dan membawanya ke tempat pembuangan sampah sementara. Mungkin teman-teman yang melihat kebingungan atas apa yang mereka kerjakan. Seperti yang dilakukan Nabilah saat membawa tempat sampah ke tempat pembuangan sampah. Ia berpapasan dengan temannya lalu ia berkata “ Yaampun Nabilah kamu ngapain? Rajin banget sih.” Nabilah pun hanya tersenyum menanggapinya. Setelah semuanya selesai, mereka semua menceritakan apa yang telah mereka lakukan. Mereka semua merasa senang dan amat bahagia, begitupun dengan orang-orang yang dibantunya. Ucapan terimakasih dan senyum tulus karena lelahnya bekerja dari orang yang mereka bantu, memicu perasaan kita untuk ikut merasakan kebahagian itu.
Kalau kalian tidak percaya, yuk kita sama-sama untuk menebar kebaikan tentunya dengan niat ikhlas karena Allah yaaa
Hanya berbuat baik? Tentu saja tidak. Untuk yang kedua ini kita harus menjaga perasaan orang-orang disekitar kita. Baik itu perkataan ataupun perbuatan. Mungkin kita tidak sadar akan apa yang telah kita lakukan dan ucapkan. Akan lebih baik jika kita meminta maaf, toh bermaafan itu tidak hanya saat lebaran kan? Hehe..
Bicara tentang perasaan memang sangat sensitif, apalagi jika kita tidak mengetahui keadaan lawan bicara. Yang niat bercanda malah dianggap serius. Makanya kita juga harus melihat-lihat bagaimana keadaan lawan bicara kita. Jangan sampai mereka marah akan bercandaan dan omongan kita ya. Hati-hatilah dalam berbicara, karena lisan akan melukai lebih dalam daripada perbuatan fisik lhoo. Luka di wajah bisa dihilangkan, tapi sayatan di hati sulit untuk dirajut kembali.
Ada banyak sekali cara untuk membuat orang lain bahagia, tidak seperti yang ada tulisan ini saja.
Yuk mari kita berlomba-lomba hal-hal kebaikan dan menebarkan kasih sayang terhadap sesama. Semangat yaa mencari kebaikannyaa😉
وَٱصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S Hud : 115)


 Widya Puspita
XI MIA-5

Saturday 15 April 2017

Kunci Kebahagiaan



Assalamu'alaykum wr.wb.

Kita hidup di dunia ini tak lain adalah untuk mencari kebahagiaan. Namun pada akhirnya, banyak diantara kita yang menyangka bahwa bahagia itu saat kita sudah memiliki harta yang banyak, pangkat yang tinggi, mobil yang mewah, rumah yang besar, dan lain sebagainya. Tapi apakah hanya dengan cara-cara seperti itu kita bisa bahagia?

Ikhwah fillah.. Sejatinya, bahagia itu berasal dari dalam hati. Tatkala ia merasa damai, nyaman, tenteram, maka pastilah kita merasa bahagia dan senang. Sebaliknya, apabila ia merasa hampa, kosong, maka pastilah kita akan merasa gelisah, sedih, dan gundah gulana. Maka dari itu, kunci kebahagiaan adalah syukur dan sabar. Mengapa demikian? Karena dengan syukur dan sabar insyaaAllah kita akan mendapat ridho Allah SWT.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).

Seringkali saat sesuatu yang tidak kita sukai terjadi, yang kita lakukan hanyalah mengeluh dan mengeluh. Lantas pada akhirnya kita akan menyalahkan keadaan, bersumpah serapah atas semua yang terjadi.  Bahkan boleh jadi kita menyalahkan Yang Maha Kuasa. Na'udzubillah..

Seringkali kita lupa bahwasannya selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Kita lupa bahwasannya Allah SWT memberikan suatu musibah tak lain pasti dengan suatu alasan. Hanya saja, kita manusia tak punya ilmu untuk mengetahui segala sesuatunya. Hanyalah Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu, yang tahu apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Maka dari itu jika kita diberikan musibah hendaklah kita senantiasa bersabar. Karena dengan bersabar, hati menjadi lapang. Dan bersabar adalah salah satu cara kita berdamai dengan kesulitan. Sabar itu memang sulit, karena balasan yang Allah berikan juga besar. Allah SWT berjanji akan memberikan pahala yang tiada batas kepada orang yang bersabar.

Allah SWT berfirman dalam surat az-Zumar ayat 10 :

...إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)
" ...Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S. Az-Zumar : 10)

Pun begitu pula saat kita dikaruniai nikmat yang banyak. Seringkali kita lalai dengan kewajiban karena sudah bergelimangan harta. Lantas kita merasa ujub bahwa semua itu karena hasil kerja keras kita semata, tanpa ada campur tangan Sang Maha Kuasa. Na'udzubillah..

Seringkali kita lupa bahwasannya semua itu berasal dari Allah SWT. Kita lupa bahwa di dunia ini kita tak punya apa-apa. Bahkan diri ini pun adalah milik Allah SWT. Mata, telinga, mulut, semuanya adalah pemberian dari-Nya. Maka dari itu, tak lain yang harus kita lakukan adalah bersyukur kepada-Nya. Bersyukur itu ibarat memberi tag atau me-mention Allah sebagai tanda terimakasih atas tercapainya tujuan-tujuan kecil menuju tujuan besar. Dan bersyukur adalah salah satu cara kita lebih menikmati dan memaknai hidup.

Ikhwah fillah.. Begitulah hidup ini, musibah, ujian dan nikmat selalu datang beriringan. Musibah tak selamanya musibah, karena pasti ada nikmat dibaliknya. Pun nikmat tak selamanya nikmat, karena pasti ada ujian dibaliknya. Maka, sabar dan syukur pun harus selalu kita lakukan. Baik dikala kita ditimpa musibah atau ujian ataupun diberikan nikmat yang banyak. Maka insyaaAllah hati kita senantiasa bahagia, karena ia merasa lapang dan damai dengan apapun yang terjadi. Ia juga tak akan hampa atau kosong karena ia selalu terisi dengan kesabaran dan syukur kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan insyaAllah bukan hanya kebahagiaan di dunia yang kita dapat, melainkan juga bahagia di akhirat kelak. Aamiin.
Maha Suci Allah yang mengetahui semua yang nyata dan segala yang rahasia.

"Kebebasan sejati itu tak pernah ada selama 'ingin' dan 'harus' masih hidup bersama kita, maka untuk meraih merdeka yang indah dan berbahagia, sudah sepantasnya kita memenjarakan diri kita ke dalam tembok sabar dan jeruji syukur." -Anonym


Alfi Puspa Nabilah
XI MIA-2

referensi:
Rumaysho.com
ikhwan-sopa.blogspot.co.id

Sunday 9 April 2017

Fenomena Lidah di Depan Akal

Fenomena Lidah didepan Akal


Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim.
Ketika lidah yang lembut dan kenyal itu tak lagi dapat menahan beban tuannya, maka lahirlah kata-kata tanpa makna yang berserakan keluar dari mulut, bagian dari pelampiasan hati yang keruh. Ribuan kata itu tersangkut di gendang telinga orang-orang disekitarnya, mengendap, dan kerap kali menumbuhkan bibit yang ikut meracuni hati bersih pendengarnya. Umpatan, sumpah serapah, makian dan kawan-kawannya berbondong keluar dan bersarang di telinga banyak orang, tak sadar jika satu dua umpatan, sumpah serapah dan makian itu ada yang menjelma menjadi sebuah sembilu tak kasat mata, yang mana mampu melukai telinga bahkan hati pendengarnya. Bahkan dalam beberapa kejadian, wujud sembilu itu tak melulu berupa sumpah serapah, atau makian dan kawan-kawannya. Wujudnya dapat berupa kata-kata yang sebenarnya baik, namun karena beberapa hal semisal, mood, situasi dan nada bicara bisa juga melukai orang lain.
            Manusia, terutama penulis, seringkali lupa untuk berkaca, lupa untuk bermuhasabah, merasa tidak perlu untuk mengoreksi diri sendiri. Merasa diri adalah yang paling benar, merasa jiwa adalah yang paling suci, dan merasa hati adalah yang paling putih. Tenggelam dalam ujub yang membanggakan amal kebaikan diri. Tersenyum jumawa saat pujian manusia datang menghampiri. Lupa dengan segunung dosa yang masih Allah tutupkan aib-aibnya dari saudara-saudaranya. Lupa bahwa Allah Maha Mendengar segala isi hati, yang dilisankan secara terang maupun yang tersembunyi.
            Zaman ini, saat kebebasan bersuara menjadi hak yang dimiliki tiap orang, menjadi tameng saat pendapatnya mendapat kecaman, menjadi senjata untuk menjatuhkan orang lain, menjadi rudal untuk ‘membunuh’ sesama, kata maaf hanya menjadi pemanis bibir yang diobral murah. Kasus sebesar apapun, senista apapun, sekeji apapun itu yang disyiarkan lewat media maupun tatap muka dapat dengan mudah tertimbun dengan pemberitaan lain hanya dengan kata maaf yang disuratkan, hanya dengan menjual airmata dan rasa iba, lantas kembali bergelut menyiapkan segudang diksi baru untuk menyerang yang lain. Mereka – mungkin juga penulis –   lupa dengan hakikat ‘maaf’ yang sebenarnya. Ini zaman dimana orang menulis atau berbicara sesuatu untuk menciptakan sebuah peristiwa, beda dengan zaman Rasulullah saw., dimana menulis atau berbicara bertujuan untuk mengabarkan sebuah peristiwa.
            Meski begitu, ternyata banyak juga manusia yang masih memelihara rasa angkuh, mengembang biakkan rasa congkak pun tinggi hati untuk berucap maaf. Lupa dengan kordratnya manusia sebagai tempat kesalahan dan kekhilafan bernaung. Lucunya zaman sekarang adalah ada segelintir orang yang mudah mengobral maaf dan segelintir lainnya merasa tidak perlu, karena beredar diksi baru yang dijadikan dalih untuk tidak minta maaf. Apa diksi itu? Jawabannya : “Ah kamu kok baper sih? Jangan baper kalik. Aku cuma bercanda”. Pernah mengucapnya? Ya, penulis juga pernah, atau bahkan tanpa disadari tabiat buruk itu masih lestari dalam diri.
            Astaghfirullah ‘aladzim...
            Mari sama-sama resapi salah satu firman Allah dalam Qs. Al – ‘Isra : 36 di bawah ini
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kita untuk tidak sembarang membicarakan suatu perkara tanpa tahu ilmunya. Karena kelak, saat hari pertanggungjawaban itu tiba, semua indera kita kecuali mulut akan bersaksi didepan Allah. Mereka akan mengadukan sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, tanpa bisa kita bantah, tanpa bisa kita sanggah, apalagi menyiapkan pembelaan. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala halaman 47, bahwasanya :
“Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada menarik perkataan yang terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.”
            Semoga Allah Ta’ala senantiasa meluruskan lisan-lisan kita, memperbaiki amalan-amalan kita dan memberikan kita taufik untuk mengamalkan perkara yang dicintaiNya dan diridhoiNya. Aamiin Allahuma aamiin...
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
mengatakan yang baik atau diam.” (HR. Bukhari, Muslim)

Annisa Aulia Hawari-XI MIA 2

Referensi :
Muslimah.or.id

Almanhaj.or.id

Monday 27 March 2017

Ramalan Nasibmu

Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh




Ramalan Zodiak Pisces
Karir : Pertahankan prestasimu!
Percintaan : Si dia jadi tambah lengket!
Keuangan : Semua akan terkendali jika kamu bijak!
(yang di atas itu cuma contoh dan ga beneran yaa)

Pernah ga sih kalian lagi buka-buka majalah atau scroll timeline terus tiba-tiba liat hal macam yang di atas? Sebagian besar akan menjawab ‘ya,pernah melihatnya’, entah itu di majalah ataupun sosial media. Ramalan zodiak memang sering dimuat di berbagai media. Nah mungkin bagi sebagian orang akan merasa penasaran dan membacanya sampai habis, terus ada aja yang ngerasa “Wah, kok ini gue banget ya” well guys if you still do this, you have to stop it!
Zodiak itu apa sih?? Zodiak adalah semua rasi bintang yang berada disepanjang lingkaran ekliptika. Rasi-rasi bintang tersebut adalah: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces. Banyak yang mengartikan zodiak sebagai tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Terus kenapa kita ga boleh baca??
Hukum Membaca Zodiak dan Ramalan Bintang
1)        Apabila hanya sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai ataupun membenarkan ramalan tersebut, maka itu tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230)
Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.” (Syarh Muslim, 14: 227)
2)      Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُحَمَّدٍ عَلَى أُنْزِلَ بِمَا كَفَرَ فَقَدْ يَقُولُ بِمَا فَصَدَّقَهُ عَرَّافاً أَوْ كَاهِناً أَتَى مَنْ
Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan)
Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)
Nah mulai sekarang ga usah kepo-kepo lagi ya guys sama yang begituan, temennya juga bilangin tuu yang masih kayak gituu. Sama halnya dengan shio. Saat kamu ngerasa ramalan itu tepat, sebenarnya kamu sendiri yang mencari-cari pembenaran atau tersugesti dengan ramalan tersebut, bukan ramalan itu yang benar.. .
.للَّهُ إِلَّا الْغَيْبَ رْضِ الْأَوَ تِ وَاالسَّمَافِي مَنْ يَعْلَمُ لَا قُلْ
Katakanlah (Muhammad): "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah...
Wassalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Harmonia M.
XI MIA-4

Saturday 25 March 2017

Analisa Rasa

Analisa Rasa



Kapankah kali terakhir kamu merasakan kehadiran Allah dalam tiap detik hidupmu?
Ingatkah pada hari itu, saat kamu menikmati teduhnya iman yang mengalirkan tangis pada matamu dan menyuburkan cinta kepadaNya?
Tengoklah hatimu, apakah dapat kau temukan Allah di dalam sana?

Pernahkah merasa rindu seseorang yang kamu sayang? How does it feel? Sedih, bahkan tak jarang orang menangis karena menanggung rindunya, sebab acapkali rasa sesak menggelayut di dalam dada. Tiada lain tiada bukan, katanya obat rindu itu ya dengan berjumpa. 
Apalagi, kalau yang dirindu sudah lama tak tatap muka atau sekedar saling sapa. Tidakkah rindu itu terasa semakin berat dan menyiksa? Seperti  ruang hati yang kosong dan hampa. Kalau sudah begitu, bertemu adalah sebuah momen yang paling ditunggu-tunggu.
Hmm, coba kita pikirkan sejenak. Meskipun kamu bahagia dengan memiliki semua, tapi rupanya hati ini tidak benar-benar merasa lengkap. Dalam hatimu itu, ada sebuah tempat yang hanya bisa diisi oleh pemilik yang tepat. Mungkin perasaan itu seringkali terabaikan. Atau disadari tapi tak mengerti apa yang seharusnya dicari.
Ibaratnya kaki dan sepatu. Sesuai bentuknya, yang cocok menempati sepatu itu kaki. Cuma kaki, ngga bisa tangan atau yang lain. Nah, begitu juga sekelumit ruang hati kamu yang kosong itu. Tidak ada yang cocok menempati kecuali yang berhak. Guess who! Yup, Allah subhanahu wa ta'ala. Mungkin saat itu kamu belum sadar, bahwa sebenarnya hati itu merindu kepada pemiliknya.
Banyak orang enggan dan kehilangan alasan untuk mendekat kepada Allah. Lalu, Allah menghadirkan sebuah momen yang berharga. Dimana hamba bisa berlaku layaknya seorang hamba. Yang tidak ragu meminta dan betah berlama-lama bercengkerama kepadaNya.
Ya, itulah masa ketika masalah kehidupan mulai berdatangan. Saat orang-orang terdekat tidak berada di sisi, barulah menyadari bahwa hanya Allah yang selalu ada untuknya. bahkan jika sebelumnya dia yang telah jauh meninggalkan allah, maka Allah akan merengkuhnya dengan kehangatan jika ia datang. Meski seringkali kita melupakan Allah sementara Dia selalu mengingat kita.
Lantas apakah kita jadi berpikir masalah itu muncul karena Allah tidak sayang? Salah besar! Justru itulah tanda rinduNya. Tanda sayang tidak melulu soal kebahagiaan, bukankah tersebab bahagia seringkali kita jadi terlupa siapa pemberinya?
Allah rindu dengan hambaNya. Maka ketika masalah itu dihadirkan dan kita mulai terpuruk karenanya, disaat itulah orang disekitarnya satu persatu mulai meninggalkan. Dan dimana lagi tempat memohon pertolongan, selain kepadaNya? Kemudian ia kembali sadar, bahwa benar benar hanya Allah yang selalu ada untuknya. Bahkan jika sebelumnya dia yang telah jauh meninggalkan Allah, maka Allah akan merengkuhnya dengan kehangatan jika ia datang.
Kalau mau tahu kedudukanmu di sisi Allah, lihatlah kedudukan Allah dalam hatimu. Kalau Allah kamu jadikan segalanya dalam hidupmu, saat itu Allah telah memberikan segalanya untukmu.

Sungguh, mengingat Allah tidaklah dilakukan sesaat seperti sedang melakukan shalat saja. Melainkan setiap waktu di kehidupanmu, gerak-gerikmu. Jika sudah tahu mendekat kepadaNya tidak ada rugi, hendak apa lagi yang di nanti?
Selamat mencari dan temukan Allah dalam hatimu!
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Putri Afifah
XI MIA-5