Surauku Telah Roboh
Hati kita
tersentuh, kita menitikkan air mata saat melihat berita bencana alam di sekitar.
Tapi apakah kita pernah bersedih saat melihat surau atau masjid kita sepi saat
ada kajian ataupun ceramah? Bahkan saat adzan berkumandang pun surau kita masih
tetap sepi, hanya ada orang-orang tua yang sudah hampir uzur, yang pergi ke
surau, dan jumlahnya bahkan tidak sampai satu shaf. Lalu, kemanakah anak-anak
muda yang seharusnya meramaikan surau tersebut? Mereka hanya duduk-duduk di
sekitar surau, beranda gurau, bahkan bersikap acuh. Kemanakah hati kita saat
itu? Mengapa kita tak tergerak sama sekali?? Padahal, Islam akan tegak bila
para umatnya menegakkan shalat. Bila pemeluknya sudah tidak lagi melaksanakan
shalat, pertanda agama itu akan roboh, dan pemeluknya akan ikut roboh.
Pernahkah kita bersedih saat melihat
pemuda tidak lagi paham tentang Islam? Tidak adalagi cerita yang akan kita
dengar mengenai anak muda yang suka mengaji dan menghafal Al-Quran. Mereka
tidak lagi mengenal sahabat Nabi, ulama, ataupun orang-orang yang mendalami
agama. Mereka hanyalah mengenal penyanyi-penyanyi yang mempopulerkan lagu masa
kini, yang katanya jika kita tidak mengetahuinya maka akan disebut ‘kuper’,
‘kudet’ ataupun ‘kolot’. Dan pertanyaan yang sama lagi “Pernahkah kita bersedih
akan semua hal yang saat ini terjadi??”.
Sahabatku, Allah
telah berfirman “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan
orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (Q.S
At-Taubah: 18). Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “Ada
tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy)-Nya
pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya… (di antaranya): Seorang hamba yang hatinya
selalu terikat dengan masjid”. (H.R
Abu Hurairah)
Setelah mengetahui ayat dan hadist diatas, masih
beranikah kita mengabaikan adzan? Dan
masihkah kita ragu untuk meramaikan masjid?
Sesungguhnya sahabat,
“Apabila nafas terakhir kita sudah sampai dada,
saat itulah kita baru merasa telah dipermainkan dunia.”
Hanif
Rahma Arsanti, XI MIA 3
0 komentar:
Post a Comment