Monday 12 June 2017

Surauku Telah Roboh

Surauku Telah Roboh
          Hati kita tersentuh, kita menitikkan air mata saat melihat berita bencana alam di sekitar. Tapi apakah kita pernah bersedih saat melihat surau atau masjid kita sepi saat ada kajian ataupun ceramah? Bahkan saat adzan berkumandang pun surau kita masih tetap sepi, hanya ada orang-orang tua yang sudah hampir uzur, yang pergi ke surau, dan jumlahnya bahkan tidak sampai satu shaf. Lalu, kemanakah anak-anak muda yang seharusnya meramaikan surau tersebut? Mereka hanya duduk-duduk di sekitar surau, beranda gurau, bahkan bersikap acuh. Kemanakah hati kita saat itu? Mengapa kita tak tergerak sama sekali?? Padahal, Islam akan tegak bila para umatnya menegakkan shalat. Bila pemeluknya sudah tidak lagi melaksanakan shalat, pertanda agama itu akan roboh, dan pemeluknya akan ikut roboh.
            Pernahkah kita bersedih saat melihat pemuda tidak lagi paham tentang Islam? Tidak adalagi cerita yang akan kita dengar mengenai anak muda yang suka mengaji dan menghafal Al-Quran. Mereka tidak lagi mengenal sahabat Nabi, ulama, ataupun orang-orang yang mendalami agama. Mereka hanyalah mengenal penyanyi-penyanyi yang mempopulerkan lagu masa kini, yang katanya jika kita tidak mengetahuinya maka akan disebut ‘kuper’, ‘kudet’ ataupun ‘kolot’. Dan pertanyaan yang sama lagi “Pernahkah kita bersedih akan semua hal yang saat ini terjadi??”.
Sahabatku, Allah telah berfirman “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)(Q.S At-Taubah: 18). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya… (di antaranya): Seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan masjid”. (H.R Abu Hurairah)
Setelah mengetahui ayat dan hadist diatas, masih beranikah kita mengabaikan adzan? Dan masihkah kita ragu untuk meramaikan masjid?
Sesungguhnya sahabat,
“Apabila nafas terakhir kita sudah sampai dada, saat itulah kita baru merasa telah dipermainkan dunia.”
Hanif Rahma Arsanti, XI MIA 3

0 komentar:

Post a Comment