Saturday 1 March 2014

Pemuda, Kami Membutuhkanmu !


"Ketika Aku menemui perkara-perkara besar, yang ku cari adalah pemuda"
(Umar bin Khattab)

...Sepenggal kata dari penyambut tongkat estafet kekhalifan Abu Bakar, sekaligus sebuah gambaran yang menekankan pada aspek penting muda.

Pemuda bukan sekedar usia atau penampilan. Ia adalah jelmaan emosi menggelora yang dibalut mimpi-mimpi besar yang membuncah. Derap langkah para pemuda yang menjadi catatan besar sejarah hingga akhir hidupnya. Dengan itu, tidak semua orang muda adalah pemuda dan juga berwajah muda belum tentu pemuda.

Islam mencatatkan sejarah pemudanya. Di usia yang terhitung belia, para pemuda Islam telah menjadi fajar kejayaan dengan tauladan baik, hingga menyentuh relung sanubari. Sebutlah Usamah bin Zaid, putra mantan seorang budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah. Belum genap 20 tahun usianya, 16 tahun saja, diangkat oleh Rasulullah menjadi panglima perang untuk membebaskan Negeri Syam. Yang dia pimpin? Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan para sahabat Rasulullah yang lainnya.

Usamah memimpin penyerangan Syam, pusat pemerintahan dan perdagangan kala itu, hingga menghasilkan kemenangan dan rampasan perang yang melimpah.

Di panggung sejarah Islam juga ada Muhammad Al-Fatih II. Obsesinya membebaskan Konstatinopel di usia 24 tahun, merupakan isyarat yang pernah disampaikan oleh Rasulullah.


"Konstatinopel akan dibebaskan, akan panglimanya adalah panglima terbaik, prajuritnya adalah prajurit terbaik."

Pembebasan Konstatinopel yang mengharu biru itu bukan tak menemui rintangan. Justru ujian di dalamnya membuat kaum muslimin lebih dinamis dalam berpikir, semakin pasrah dengan keputusan Allah, namun juga tidak mengurangi keyakinan bahwa kemenangan adalah milk umat Islam! Pasukan Al-Fatih tidak terjebak strategi umum perang. Saat jalan laut tak bisa dilewati, diputuskan kapal perang diangkut menembus bukit yang mengelilingi konstatinopel yang ketika itu menjadi benteng pertahanan.

Abdurrahman bin Muawiyah, keturunan terakhir Bani Muawiyah berumur 19 tahun, setelah berlari terus menerus dari kejaran tentara Abasiyah, sembari berpikir, "Apakah saya akan mati dalam kesunyian dalam pelarian atau meraih kembali kegemilangan sejarah keluarga?", akhirnya memilih untuk membangun Andalusia (Spanyol). Negeri yang tidak memiliki gairah kehidupan itu ia bangkitkan hingga terbentuklah peradaban tinggi disana.

Usamah bin Zaid, Muhammad Al-Fatih II, dan Abdurrahman bin Muawiyah adalah bukti, kita tidak butuh banyak orang untuk membangun peradaban. Yang kita butuhkan adalah seorang pemuda yang mulai bergerak untuk bermanuver melakukan akselerasi dalam batas-batas umurnya.

Kondisi yang menimpa umat Islam pada hari ini adalah peluang dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih agenda kepahlawanan, termasuk juga pemuda.


"TAPI SAYA MASIH SEKOLAH?"

Ungkapan yang bernada pembenaran, padahal dulu para pemuda Islam tidak terkungkung dalam limit-limit umurnya yang masih belia. Maka saat ini kita deklarasikan bahwa ini saatnya untuk berkarya. Belajar bukan lagi hanya kewajiban, namun juga bagian dari amal kerja kita. Pun jika kamu ingin menjadi juara olimpiade nasional atau internasional, itu pun bagian dari sejarah kepahlawanan yang dicetak dalam buku sejarah kebangkitan umat Islam.

Source: Majalah Remaja Fitrah Edisi #5

0 komentar:

Post a Comment