Tuesday 14 July 2020

Mutaba'ah Yaumiyah dan Sifat Riya' (PART 1)



Assalamu'alaykum, Sobat Fillah! Kali ini kita bakal bahas masalah dan keluhan tentang masalah riya’ yang dikeluhkan dalam masalah mengisi MY atau Tamiya. Akan tetapi, bahasan kali ini bisa juga dipakai buat ibadah yang lebih luas, so check this out!

Apa itu Riya’?

Riya’ menurut Bahasa yaitu Ar-riya’ (الرياء) berasal dari kata الرؤية /ru’yah, yang artinya menampakkan.
Riya’ menurut Istilah yaitu melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.

Jenis-Jenis Riya’

Riya’ dibagi kedalam dua tingkatan:
  1. Riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia
  2. Riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”. 
Riya’ bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah selesai dilakukan. Perbuatan riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:

  1.  Riya’ dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud
  2. Riya’ dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.
  3. Riya’ dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli agama.
  4. Riya’ dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.
  5. Riya’ dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim.

Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang telah sulit kita kumpulkan hilang tanpa arti dan berbuah keburukan lantaran masih ada sifat riya’ dalam hati kita. Allah SWT mengingatkan dalam firmannya berikut.

“Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)
Hmm, jadi Mutaba'ah yaumiyah itu Riya dong? Sebentar dulu brader… Mari kita simak kelanjutannya!
Eitss tunggu dulu, karena kelanjutannya akan dibahas di postingan selanjutnya. Sekian untuk postingan yang sekarang, kita akan lanjutkan insya Allah di hari berikutnya.

Wassalamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh

0 komentar:

Post a Comment